Sunday, March 10, 2013

Melirik Bahasa dan Pernaskahan Kuno Indonesia






“Untuk mencintai alam Indonesia itu tidak cukup dengan hidup satu kali” -Dicky Rachmat Pauzi -

Filologi atau yang sering disebut Ilmu Pernaskahan Kuno dalam bahasa Indonesia, Dilbilim – bahasa Turki, Al-Makhtutath – bahasa Arab, Filologie – bahasa Belanda, Filologia – bahasa Spanyol secara etimologi berasal dari bahasa Yunani. Kata Philos yang berarti Cinta dan Logos yang berarti Bahasa atau Ilmu.


Secara istilah, Filologi itu adalah ilmu yang terfokus untuk mengkaji peninggalan tulisan. Tujuan mempelajarai Filologi itu sendiri sangat unik, yaitu untuk mengetahui dan memahami alam pikiran nenek moyang pada masa lalu dari berbagai segi baik material keilmuan ataupun kehidupan pada masa itu.

Biasanya kegiatan-kegiatan yang dilakukan dalam Filologi itu adalah mengkritik teks yang tujuannya adalah untuk mengembalikan teks kepada bentuknya yang semula dengan menelusuri kembali jejak perubahan-perubahan yang terjadi dan menempatkannya dengan tujuan edisi teks yang menjadi hasil akhir penelitian Filologi.

Dan ternyata teman-teman bahasa Arab itu pengaruhnya sangat besar untuk bahasa-bahasa lain, terutama bahasa Indonesia, hanya saja terkadang logika yang digunakan sangat berbeda. Menurut perkiraan, ada kurang lebih 7000 kata yang diserap dari bahasa Arab dalam bahasa Indonesia, 2000 kata dalam bahasa Turki dan 1200 kata dalam bahasa Spanyol.

Beberapa cara meniliti naskah dapat dilakukan dengan:

a) Men-digitalisasi: di edit, tulisan muncul lagi;
b) Di Lamp: seperti di laminating;
c) D3Machine: alat untuk mendeteksi kapan naskah tersebut ditulis, dengan menggunakan bahan apa.

Dalam koleksi naskah perpustakaan RI terdiri atas 10000 naskah tulisan tangan dengan berbagai bahan dan bahasa. Di dalam beberapa Negara, naskah-naskah indonesia masih banyak tersebar. Berikut adalah daftar-daftarnya:
1)  AFSEL : Cape Town (South African Culutural History Museum), South African Library. University of South Africa Library;
2)    Amerika : Philadelphia (American Philosophical Society);
3)    Belanda : Koninklijk Instituut voor de Tropen, Universiteit van Amsterdam, Volkenkundig Museum ‘’Nusantara’’, Instititute of Islamic Studies - Leiden, Bibliotheek Universiteit - Leiden, Gemeente Bibliotheek - Rotterdam, Bibliotheek der Rijksun Universiteit – Utrecht;
4)    Inggris : Ricklefs & Voorhoeve Museum;
5)    Jerman (Marburg) : Universitats Bibliothek - Marburg, Jerman;
6)    Malaysia : Perpustakaan Negara Malaysia, Muzium Islam;
7)    Prancis (Paris) : Bibliotheque Nationale;
8)    Swiss (Basel) : Öffentliche Bibliothek der Universitat;
9)    Thailand : Pattani, Naravhiat & Yala Museum;
10) Honkong (Kowloon) : Hongkong International Library.

Yang lebih menarik lagi, di Hongkong International Library, Kowloon, Hongkong semua pengunjung diharapkan mampu menggunakan 3 bahasa yaitu bahasa Cina, Inggris dan Indonesia.

Namun, ada lagi yang lebih unik untuk naskah-naskah yang terdapat di Indonesia. Naskah-naskah kuno tersebut seringkali di keramatkan oleh masyarakat setempat yang biasanya dilakukan dengan cara yang berbeda-beda di setiap wilayah. Contoh: Di Papua, naskah diletakkan di atas asap daun mawai yang dibakar dengan tujuan untuk diawetkan.

(Informasi) : A) Salah satu organisasi yg berfokus dalam pernaskahan kuno adalah MANASSA (Masyarakat Naskah Nusantara) yang dibangun pada tahun 1973. B) Ketika bahasa itu menyerap kata-kata dari bahasa asing, itu bukan berarti melemahkahn bahasa tersebut, tapi malah menguatkan bahasa tersebut.

Pertanyaan-pertanyaan:

1) Untuk membuat penelitian filologi, apa rumusan yang dibutuhkan untuk dapat bisa menyelesaikan permasalahan?
Digitalisasi Naskah (transformasi naskah: atau di microfilm-lebih aman). Tidak boleh dikurangi/dilebihkan. Setelah di digitalisasi, dimasukan dalam tempat yang bersuhu seperti suhu ketika naskah itu dibuat.

2)    Untuk pernaskahan kuno Indonesia, yang paling kaya akan itu ada di daerah mana? Naskah keislaman – Aceh.

3)   Ada tidak pengelompokkan-pengelompokkan naskah kuno itu? Untuk pengelompokan itu sudah dilakukan di Kalimantan timur, tepatnya di museum Kutai Kartanegara. Naskah-naskah tersebut dalam bahasa Arab berbentuk prasasti.

4)     Apa batas yang digunakan untuk dapat menyebut naskah itu naskah kuno?
Naskah yang sudah berumur 25 tahun ke atas itu dapat disebut naskah kuno

5)  Pertama: Naskah kuno itu yang paling banyak di mana? Di belanda kah? Bagaimana ceritanya itu bisa sampai di Belanda? Apa itu sudah menjadi kepemilikan hak belanda? Bagaimana cara menariknya kembali sebagai pemiliknya? Ada batasan kah kajian filologi tentang apa yang bisa di teliti?
Kepemilikan : Hak paten Negara masing-masing. Alasan itu bisa sampai di Belanda masih berhubungan dengan organisasi pernaskahan kuno Bataviaasch Genootschap van Kunsten en Wetenschappen (1788) yang dulu dibuat. Untuk membawa kembali itu salah satu hal yang mustahil karena sudah ada hak paten. Dan untuk batasan kajian Filologi yang bisa diteliti itu adalah buku dan tulisan tangan

6)    Apa bisa asal nenek moyang kita di telusuri melalui bahasa dan naskah kuno?
Dalam suatu naskah apabila dibagi lagi terdapat banyak sekali cabang-cabangnya yang dapat ditelusuri. Namun kalau nenek moyang kita, mungkin masih belum bisa.

7)    Apa bisa bahasa menjajah budaya? Contoh bahasa jawa itu ada yang halus ada yang kasar. Itu bagaimana bisa kita bilang bahasa itu halus atau kasar?
Itu tergantung, jika orang melihat bahasa itu kasar, belum tentu mereka si pemilik bahasa tersebut satu pendapat.




Tanggal Kegiatan    : 9 Maret 2013
Tempat Kegiatan    : KBRI Ankara
Waktu Kegiatan      : 13:00-16:20 waktu Turki
Materi Diskusi        : Melirik Bahasa dan Pernaskahan Kuno Indonesia (Pertemuan ke-3)


Pembicara             : Dicky Rachmat Pauzi

0 comments:

Post a Comment