Secupak Untuk Palestina
Menjadi relawan adalah pengalaman yang
unik. Karena menjadi seorang relawan dapat memberikan suatu bentuk kesenangan
bagi kita sekaligus orang-orang di sekitar. Kita juga dapat mempelajari
kemampuan-kemampuan baru mencakup pengalaman, hobi dan minat yang baru yang
mungkin dapat memberikan kita beberapa target untuk karir-karir yang baru.
Sebagai pemuda, youth development itu
sangat penting. Menjadi relawan mungkin dapat menjadi salah satunya. Sebagai
seorang relawan, mas Agung pernah mempunyai pengalaman di Gaza. Beliau
melakukan perjalanan darat dengan 200 relawan baik muslim, nasrani dan agama
lainnya membawa bantuan kemanusiaan yang berasal dari kurang lebih 30 negara.
Namun, dalam perjalanan, beliau menghadapi beberapa hal unik yang mungkin tidak
akan terjadi dua kali dalam hidup. Setelah sampai di jalur Gaza, beliau dan 200
relawan dibawa ke Mesir untuk dideportasi. Perjalanan yang sebelumnya
diperkirakan hanya butuh waktu 7 hari, ternyata menjadi 30 hari. Baru bisa
keluar jika ada perwakilan diplomat yang hadir atau jika ada pesawat yang
tercepat dan terdekat.
Meskipun begitu, selalu ada sesuatu yang
dapat dipelajari dalam setiap kegiatan yang dilakukan. Salah satu yang menarik
dalam tindakan kemanusiaan ini adalah para pengungsi ternyata masih mempunyai
sifat kemandirian. Ketika bantuan dibagikan, mereka merasa sungkan untuk
menerima bantuan.
Lebih dari itu, dalam pengalaman uniknya,
mas Agung juga mempelajari bahwa orang-orang Israel dan Palestine ternyata
mempunyai etos kerja yang tinggi. Mereka mampu memanfaatkan sari buah manggis
untuk menjadi sesuatu yang berguna. Selain itu, di jalan dan di setiap rumah,
foto-foto mereka yang sudah meninggal juga dipajang diluar dengan maksud untuk
memberikan motivasi kepada mereka yang masih diberikan kesempatan hidup.
Oleh karena itu, selagi masih hidup,
marilah kita lakukan sesuatu yang dapat bermanfaat bagi orang lain maupun diri
sendiri.
The
Ideal of Educated Man: He should know not
only everything about something but also something about everything. Dame Veronica Wedgewood – dalam buku karangan Joseph Frankle.
“We Palestinians wake up every morning to
teach the rest of the world life, sir.” - Mrs Rafeef Ziadah
Pertanyaan-pertanyaan
1) Bagaimana prospek rumah
sakit Indonesia disana?
Secara konstruksi, bangunan sudah jadi. Konsulat juga akan dibangun
disana. Indonesia juga telah memberikan beasiswa untuk rakyat Palestina. Namun
kendalanya adalah bagus diatas, jelek dibawah. Karena ternyata prosedurnya
sangat berbelit-belit. Namun secara umum, ada perkembangan progresif antara
Indonesia dan Palestina.
2) Sebelum memutuskan untuk
pergi ke Jalur Gaza, bagaimana perasaan anda? Dari segi waktu, fisik dan
mental?
Dari segi waktu, saya harus membekukan satu semester. Kondisi mental
memang agak sulit, namun kondisinya saya harus siap mati. namun ayah saya
pernah berkata jangan takut, yang dibunuh sudah mempunyai alamat masing-masing.
Memang pada akhirnya, semua menjadi suatu konsekuensi.
3) Perlukah kita berangkat
jika ada sesuatu/bencana yang terjadi? Hal terkecil apa yang kita dapat lakukan
agar kita bisa dibilang peduli?
Berdoa itu memang cara yang paling terakhir. Menjadi relawan memang
menjadi pekerja segala. Namun dengan begitu, kita mendapatkan hal-hal yang
berbeda. Contohnya, kesempatan dan kepuasan yang berbeda dari yang hal lain.
Namun disamping doa, alangkah baiknya kita bisa melakukan hal lain yang berguna,
seperti menyampaikan aspirasi kita melalui media apapun.
4) Setiap perang yang terjadi
mempunyai sebuah nama, tapi dari mana nama tersebut dikonsep? Contoh: Mavi Marmara.
Di satu sisi, nama perang itu memang menarik karena itu mempunyai
alasan yang sangat ideologis. Contoh: perang Furqon yang artinya pembeda;
pembeda yang mana yang benar dan yang salah.
5) Apa tanggapan kakak
mengenai pandangan orang-orang akan relawan Indonesia yang menolong rakyat
Palestina, padahal melihat keadaan rakyat Indonesia sendiripun masih banyak
yang butuh pertolongan?
Kita semua memang mempunyai masalah. Namun semua kembali lagi pada
pilihan. Apa anda mau menjadi apatis atau tidak. Ketika saya peduli keluar, itu
bukan berarti saya tidak peduli dengan Indonesia.
6) Apa Indonesia mempunyai
kewajiban politik untuk membantu rakyat Palestina?Iya, sebagaimana yang juga
disebutkan dalam pembukaan undang-undang dasar. Kita juga mempunyai tanggung
jawab budi juga dalam lingkup sejarah dengan rakyat Palestina
Tanggal Kegiatan : 12 Oktober 2013
Tempat Kegiatan : KBRI Ankara
Waktu Kegiatan : 13:00-16:20 waktu Turki
Materi Diskusi : Relawan: Sebuah Panggilan Jiwa
Pembicara : Agung Nurwijoyo
Moderator : Qonistina Bilisti
0 comments:
Post a Comment