“Untuk mencintai alam
Indonesia itu tidak cukup dengan hidup satu kali” -Dicky Rachmat Pauzi -
Filologi atau yang sering disebut Ilmu
Pernaskahan Kuno dalam bahasa Indonesia, Dilbilim – bahasa Turki, Al-Makhtutath
– bahasa Arab, Filologie – bahasa Belanda, Filologia – bahasa Spanyol secara
etimologi berasal dari bahasa Yunani. Kata Philos yang berarti Cinta dan Logos
yang berarti Bahasa atau Ilmu.
Secara istilah, Filologi itu adalah ilmu
yang terfokus untuk mengkaji peninggalan tulisan. Tujuan mempelajarai Filologi
itu sendiri sangat unik, yaitu untuk mengetahui dan memahami alam pikiran nenek
moyang pada masa lalu dari berbagai segi baik material keilmuan ataupun
kehidupan pada masa itu.
Biasanya kegiatan-kegiatan yang dilakukan
dalam Filologi itu adalah mengkritik teks yang tujuannya adalah untuk
mengembalikan teks kepada bentuknya yang semula dengan menelusuri kembali jejak
perubahan-perubahan yang terjadi dan menempatkannya dengan tujuan edisi teks
yang menjadi hasil akhir penelitian Filologi.
Dan ternyata teman-teman bahasa Arab itu pengaruhnya
sangat besar untuk bahasa-bahasa lain, terutama bahasa Indonesia, hanya saja terkadang
logika yang digunakan sangat berbeda. Menurut perkiraan, ada kurang lebih 7000
kata yang diserap dari bahasa Arab dalam bahasa Indonesia, 2000 kata dalam bahasa
Turki dan 1200 kata dalam bahasa Spanyol.
Beberapa cara meniliti naskah dapat
dilakukan dengan:
a) Men-digitalisasi:
di edit, tulisan muncul lagi;
b) Di
Lamp: seperti di laminating;
c) D3Machine:
alat untuk mendeteksi kapan naskah tersebut ditulis, dengan menggunakan bahan apa.
Dalam koleksi
naskah perpustakaan RI terdiri atas 10000 naskah tulisan tangan dengan berbagai
bahan dan bahasa. Di dalam beberapa Negara, naskah-naskah indonesia masih banyak
tersebar. Berikut adalah daftar-daftarnya:
1) AFSEL
: Cape
Town (South African Culutural History Museum), South African Library. University
of South Africa Library;
2)
Amerika
: Philadelphia
(American Philosophical Society);
3)
Belanda
: Koninklijk
Instituut voor de Tropen, Universiteit van Amsterdam, Volkenkundig Museum
‘’Nusantara’’, Instititute of Islamic Studies - Leiden, Bibliotheek
Universiteit - Leiden, Gemeente Bibliotheek - Rotterdam, Bibliotheek der
Rijksun Universiteit – Utrecht;
4)
Inggris
: Ricklefs
& Voorhoeve Museum;
5)
Jerman
(Marburg) : Universitats Bibliothek - Marburg, Jerman;
6)
Malaysia
: Perpustakaan
Negara Malaysia, Muzium Islam;
7)
Prancis
(Paris) : Bibliotheque Nationale;
8)
Swiss
(Basel) : Öffentliche Bibliothek der Universitat;
9)
Thailand
: Pattani,
Naravhiat & Yala Museum;
10) Honkong (Kowloon) : Hongkong International
Library.
Yang lebih menarik lagi, di Hongkong
International Library, Kowloon, Hongkong semua pengunjung diharapkan mampu
menggunakan 3 bahasa yaitu bahasa Cina, Inggris dan Indonesia.
Namun, ada lagi yang lebih unik untuk
naskah-naskah yang terdapat di Indonesia. Naskah-naskah kuno tersebut
seringkali di keramatkan oleh masyarakat setempat yang biasanya dilakukan
dengan cara yang berbeda-beda di setiap wilayah. Contoh: Di Papua, naskah
diletakkan di atas asap daun mawai yang dibakar dengan tujuan untuk diawetkan.
(Informasi) : A) Salah satu organisasi yg
berfokus dalam pernaskahan kuno adalah MANASSA (Masyarakat Naskah Nusantara)
yang dibangun pada tahun 1973. B) Ketika bahasa itu menyerap kata-kata dari
bahasa asing, itu bukan berarti melemahkahn bahasa tersebut, tapi malah
menguatkan bahasa tersebut.
Pertanyaan-pertanyaan:
1) Untuk membuat penelitian filologi, apa
rumusan yang dibutuhkan untuk dapat bisa menyelesaikan permasalahan?
Digitalisasi
Naskah (transformasi naskah: atau di microfilm-lebih aman). Tidak boleh
dikurangi/dilebihkan. Setelah di digitalisasi, dimasukan dalam tempat yang
bersuhu seperti suhu ketika naskah itu dibuat.
2)
Untuk
pernaskahan kuno Indonesia, yang paling kaya akan itu ada di daerah mana? Naskah keislaman – Aceh.
3) Ada
tidak pengelompokkan-pengelompokkan naskah kuno itu? Untuk pengelompokan itu sudah dilakukan di Kalimantan timur, tepatnya
di museum Kutai Kartanegara. Naskah-naskah tersebut dalam bahasa Arab berbentuk
prasasti.
4) Apa batas yang digunakan untuk dapat
menyebut naskah itu naskah kuno?
Naskah
yang sudah berumur 25 tahun ke atas itu dapat disebut naskah kuno
5) Pertama: Naskah kuno itu yang paling banyak
di mana? Di belanda kah? Bagaimana ceritanya itu bisa sampai di Belanda? Apa itu
sudah menjadi kepemilikan hak belanda? Bagaimana cara menariknya kembali
sebagai pemiliknya? Ada batasan kah kajian filologi tentang apa yang bisa di
teliti?
Kepemilikan
: Hak paten Negara masing-masing. Alasan itu bisa sampai di Belanda masih
berhubungan dengan organisasi pernaskahan kuno Bataviaasch Genootschap van
Kunsten en Wetenschappen (1788) yang dulu dibuat. Untuk membawa kembali itu
salah satu hal yang mustahil karena sudah ada hak paten. Dan untuk batasan
kajian Filologi yang bisa diteliti itu adalah buku dan tulisan tangan
6) Apa bisa asal nenek moyang kita di telusuri
melalui bahasa dan naskah kuno?
Dalam
suatu naskah apabila dibagi lagi terdapat banyak sekali cabang-cabangnya yang
dapat ditelusuri. Namun kalau nenek moyang kita, mungkin masih belum bisa.
7) Apa bisa bahasa menjajah budaya? Contoh
bahasa jawa itu ada yang halus ada yang kasar. Itu bagaimana bisa kita bilang
bahasa itu halus atau kasar?
Itu
tergantung, jika orang melihat bahasa itu kasar, belum tentu mereka si pemilik
bahasa tersebut satu pendapat.
Tanggal Kegiatan : 9 Maret 2013
Tempat Kegiatan : KBRI Ankara
Waktu Kegiatan : 13:00-16:20 waktu Turki
Materi Diskusi : Melirik Bahasa dan Pernaskahan Kuno Indonesia (Pertemuan ke-3)
Pembicara : Dicky Rachmat Pauzi
0 comments:
Post a Comment